dia pergi setelah menghancurkan segalanya dan khayalan terakhirku juga hancur

Minggu, 19 Januari 2014

Kopi Hitam Pertama

Ya, aku hanya ingin sedikit mendeskripsikan bagaimana nikmatnya kopi hitam pertamaku. Aku memang bukan pecandu kopi, tapi bisa saja kedepannya aku menjadi seperti itu.

Kopi hitam pertama datang dan berada tepat di depanku.

Panas......

Saat itu,langit seakan mendukungku untuk menikmati secangkir kopi hitam.Dimana langit malam yang gelap dan hembusan angin yang lembut juga gerimis kecil yang berjatuhan.

11 Januari 2014.....
Malam Minggu.....

Malam yang paling dinanti para insan muda dengan pasangan masing-masing. Tapi tidak untukku,
Aku menikmati malam itu bersama teman-teman kampusku dan itu adalah kali pertama aku menikmati malam minggu diluar rumah apalagi sambil menikmati kopi hitam.

Aku memegang gagang cangkir kopi hitamku,meletakkan sendok kecil di atas meja,berusaha meniup dari pinggirannya seakan benar-benar tidak sabar untuk menikmati kopi hitam pertamaku.

srrrrrruuupppppppppp......aaaaahhhhhhh

seruputan pertama untuk kopi hitam pertamaku......

benar-benar nikmat dan manis semanis senyuman si pemetik gitar.


Teman-teman ku bertanya mengapa aku mengatakan itu kopi hitam pertamaku? Sedangkan yang mereka tahu kopi hitam pasti ada dirumah dan tidak mungkin tidak ada. Tapi mereka salah, justru karena tidak ada maka dari itu aku sangat antusias menikmati kopi hitam pertamaku itu.

Tidak perlu dijelaskan panjang lebar mengapa demikian.

Seruputan kedua, kali ini sedikit lebih santai karena kopi mulai hangat. Sehangat perbincangan sapaan dan suara yang terucap.

Iya aku berlebihan.....

Kopi hitam pertamaku, ku nikmati dipinggir jalan.......
Walaupun aku menikmati bukan dengan orang yang ku harapkan tapi itu tidak merubah gairahku untuk menikmati kopi hitam pertamaku itu.

Seruputan ketiga, semakin bertambah nikmatnya dengan selingan candaan dari mereka.

Namun seketika aku terhenti,saat membaca sesuatu di ponselku yang benar-benar sangat menusuk hati.

Ah,sudahlah....

Kopi Hitam pertamaku kini tinggal sedikit, benar-benar tidak rela untuk menghabiskannya.

Se-tidak relanya aku meninggalkan apa yang telah lama ku nanti.Kopi Hitam pertamaku untuk seruput-an yang terakhir,dengan cepat ku telan layaknya seseorang yang pasrah dengan apa yang dilakukan.

Tidak benar-benar habis karena masih terlihat sedikit bekas ampas, seperti luka yang "sudah-sudah" walaupun terkesan selesai namun masih menyisakan bekas.

Lalu Kapan aku menikmati kopi hitam untuk kedua-ketiga dan seterusnya? Dan bersama siapa lagi aku akan menikmatinya?
Ya sudahlah, untuk bersama siapa dan kapan itu bisa dipikirkan lain kali,sekarang yang paling penting untuk dipikirkan adalah siapa yang akan bayar kopinya? hahaha :p


 
                                                             withlove: ataloho

Tidak ada komentar:

Posting Komentar